
Rating: | ★★★★★ |
Category: | Books |
Genre: | Literature & Fiction |
Author: | Andrea Hirata |
Aahhh...aku jatuh cinta sekali dengan buku ini. Ceritanya indah seperti pelangi. Tentang Ikal dan sepuluh orang temannya yang tergabung dalam Laskar Pelangi. Lintang si bintang cemerlang, Mahar si seniman, Kucai si ketua kelas abadi, Borek alias Samson si otot macho, Sahara si keras kepala namun setia kawan, Trapani si anak ibu, Syahdan si calon aktor tanpa bakat akting, Harun si ”penggembira” dan Flo si anak orang kaya yang tomboi bukan main. Mereka adalah anak Melayu Belitong yang bersekolah di SD-SMP Muhammadiyah, sekolah kampung, sekolah gudang kopra, sekolah reot dindingnya bolong sampai harus ”ditambal” dengan poster Rhoma Irama, namun di dalamnya tersimpan sejuta pelajaran tentang hidup. Di sekolah itu ada guru-guru bijak berhati pualam, bu Mus dan pak Harfan. Ada pohon filicium tempat mereka nongkrong menikmati pelangi atau mendengar dongeng super imajinatifnya Mahar.
Kemiskinan memang dekat dengan tokoh-tokoh di buku ini namun tak secuil pun ada nada cengeng mehe2 ala film india ata sinetron murahan Multivision dan sekutunya. Gue jusru dibikin ketawa geli pada bab-bab awal buku ini (penjelasan tentang jenggotnya pak Harfan & poster Rhoma Irama sukses bikin gue sakit perut!). Dibikin senyum2 simpul saat Ikal mengalamai cinta pertama. Dibikin nangis juga tentunya. Dibikin malu (plus berasa digampar plak!) sama tekad Lintang yang tak surut pergi sekolah walau dihadang buaya (segala busway, galian PAM, telepon mobil tabrakan, macet di tol, kayak gak ada apa2nya deh!)
Aahhh...segala macam emosi komplit lah!
Sungguh ini satu cerita sederhana yang berhasil bikin gue ngiri berats! Gue pengen banget punya guru kayak bu Mus dan pak Harfan. Gue pengen banget punya teman sekelas yang penuh warna kayak Laskar Pelangi. Waktu mereka main seluncuran pelepah pisang di musim hujan, gue bisa ngerasain kegembiraan mereka dan berharap ikut duduk di pelapah pisang yang ditarik Samson itu. Gue bisa ngerasain excitement mereka saat manggung bawain ”Owner of a lonely heart” atau menari gila2an ala suku di Afrika waktu karnaval 17 Agustus. Gue berharap bisa ikut bersorak waktu Lintang yang super cerdas menggilas setiap pertanyaan saat lomba cerdas cermat melawan sekolah ”gedongan”. Gue pasti nangis paling bombay saat Lintang harus drop out dari SMP Muhammadiyah karena harus jadi pencari nafkah utama setelah ayahnya meninggal. Dan gue sangat ingin ikut duduk di atas pohon filicium itu sambil mengagumi pelangi.
Ini baru pertama dari tetralogi Laskar Pelangi. Kalo menurut gue buku ini pas banget kalo mau difilm-in. Dari bab pertama gue berasa lagi nonton filmnya Garin Nugroho yang selalu enak dipandang.
Seperti pelangi... buku ini sungguh membekas di hati.
“Saat itu aku menyadari bahw kami sesungguhnya adalah perkumpulan persaudaraan cahaya dan api. Kami berjanji setia di bawah halilintar yang menyambar-nyambar dan angina topan yang menerbangkan gunung-gunung. Janji kami tertulis pada tujuh tingkatan langit, disaksikan naga-naga siluman yang menguasai Laut Cina Selatan. Kami adalah lapisan-lapisan pelangi terindah yang pernah diciptakan Tuhan.”