Kamis, 17 Desember 2009

Sang Pemimpi

Rating:★★★★★
Category:Movies
Genre: Drama
Dari tetralogi Laskar Pelangi, buku ini yang kurang saya sukai. Terlalu sedih. Itu sebabnya waktu dengar kabar versi filmnya mau dibuat, saya nggak terlalu tertarik buat nonton. Nggak menggebu-gebu seperti Laskar Pelangi.
Semua itu berubah setelah saya dengar satu nama. Nazril Irham! Alias Ariel Peterpan. Si kasep bermata setajam silet bikin cewek-cewek kepelet ini, berperan sebagai Arai, sepupu dan sahabat seperjuangan Ikal. Tiba-tiba saya jadi sangat tak sabar menanti premier film ini. Apalagi karakter Arai itu ceria, sedikit jahil, penuh optimisme dan bersemangat. Bedalah sama Ariel yang sering kita lihat di tipi-tipi.
Untuk sampai ke sosok Arai dewasa yang diperankan Ariel eh Nazril…kita ketemu dulu sama sosok remajanya. Diperankan oleh orang Fikri yang beneran orang Belitung, aktingnya sungguh mencuri hati. Pas bener jahilnya!
Di tengah jalan, kita dicegat lagi sama penampilan antik tokoh bang Zaitun, pemilik orkes melayu beristri 4. Kepadanya Arai berguru cara merayu Zakiah Nurmala, gebetannya di sekolah.
Saat kamu merasa film ini akan segara berakhir...di situlah muncul Arai dewasa. Nggak rugi deh menunggu selama ini…hihihihihi.
Terlepas dari faktor si Nazril ini, seri ke-2 tampil lebih baik dari pendahulunya. Mungkin karena mengambil rentang masa remaja, masa muda, yang kata bang Rhoma, masa yang berapi-api. Mantappsss…
Bintang 5 ini saya persembahkan buat Mira Lesmana & Miles-nya yang dengan cerdik memasang Nazril Irham di film ini. Bi-sa aja!

Minggu, 29 November 2009

Kabul Beauty School

Rating:★★★★
Category:Books
Genre: Biographies & Memoirs
Author:Deborah Rodriguez


Debbie Rodriguez, seorang penata rias dari Holand Michingan, AS, suatu hari tergerak hatinya buat jadi relawan. Tak tanggung-tanggung, tempat yang dipilihnya adalah Afganistan. Waktu itu tahun 2002, saat kekuasaan Taliban baru berakhir di negara itu. Ngapain yah orang salon nyasar ke negara yang bertahun-tahun melarang kaum perempuannya merias diri bahkan bercermin pun dilarang? Memangnya di sana ada wanita karir yang perlu diblow dry rambutnya jam 6 pagi karena jam 8 sudah harus meeting?
Debbie memang sempat ragu apakah dirinya bisa berguna di sana? Sementara relawan lain profesinya lebih bergengsi, seperti dokter.

Ternyata, hasrat tampil cantik itu selalu ada di hati perempuan mana pun, di belahan dunia mana saja. Tak bisa ditutupi oleh burqa, pakaian panjang yang menutupi seluruh tubuh, yang dipakai para perempuan Kabul bertahun-tahun lamanya. Maka sesuai keahliannya, Deb membuka sekolah kecantikan di Kabul. Tidak hanya untuk mempercantik wanita Afghan yang dasarnya sudah cantik, tetapi lebih memberikan mereka rasa percaya diri dan kesempatan untuk cari uang sendiri.

Luar biasa memang semangatnya Debbie buat mewujudkan sekolah kecantikannya ini. Dia minta bantuan dari para produsen produk kecantikan buat mensuplai barang-barang yang dia butuhkan. Niat baik nggak selamanya berjalan mulus. Masih banyak penduduk Afghan yang memberi label negatif pada sekolah kecantikan. Bahkan kementerian perempuan di sana pun mencabut dukungan mereka kepada Debbie. Namun niat baik juga selalu diberi jalan keluar. Selalu ada bantuan-bantuan tak terduga yang didapat Debbie saat sekolahnya terancam ditutup.

Memang buat bantu orang lain, nggak perlu harus jadi ilmuwan atau jutawan dulu. Debbi Rodriguez sudah membuktikan itu.


”Aku tak pernah puas dengan hanya menjadi seorang penata kecantikan, meski itu kehidupan yang baik. Aku selalu ingin menjadi bagian sesuatu yang lebih besar dan lebih berarti-sesuatu yang memberiku perasaan bahwa aku sedang membantu menyelamatkan dunia”

Julie & Julia

Rating:★★★★
Category:Movies
Genre: Drama

Food lovers, this is a MUST WATCH MOVIE!!! Seluruh isi film ini adalah tentang masak, makan, masak, makan, makan, masak, masak, makan, makan, makan! Jangan coba-coba nonton dalam keadaan lapar, dijamin orkes keroncong di dalam perut makin kencang bunyinya.

Film ini menggabungkan dua kisah nyata tentang Julia Child, penulis buku laris ”Mastering the art of French Cooking” dan Julie Powell, penulis yang menantang dirinya memasak semua resep dari buku Julia dalam waktu 365 hari.
Di bagian Julia Child kita diajak pergi ke Perancis di tahun 1949. Mengikuti suaminya yang bertugas di kedutaan Amerika, Julia mencari kesibukan dengan ikut kelas masak. Kenapa pilih masak? Karena Julia adalah pecinta makanan sejati (I shoud be signing to cooking class ASAP!). Dari hobi masak, Julia dan dua orang temannya mulai menulis buku resep sendiri.
Sementara di bagian Julie Powell, kita diajak kembali ke New York tahun 2002. Julie bekerja di hotline center buat keluarga korban 9/11. Menjelang ulangtahun yang ke 30 dia merasa frustasi (kenapa kepala 3 selalu bikin depresi). Teman-temannya sukses di karier sementara Julie yang bercita-cita jadi penulis, merasa semakin jauh dari impiannya itu. Suatu hari suami Julie mengusulkan agar dia mulai menulis blog. Karena dia suka masak dan punya kenangan indah tentang masakan Julia Child, maka diputuskan untuk membuat blog tentang memasak.

Meryl Streep, seperti biasa, tampil luar biasa. Aktingya sebagai Juia Child mengingatkan kita akan tampilan ibu Amerika klasik di poster-poster vintage. Dan suaranya itu lho...bisa-bisanya dibikin melengking kayak gitu. Tetapi yang jelas, hal itu nggak mengurangi kenikmatan film ini. Yum!


”You are the butter on my bread and the breath of my life”


PS: Selesai nonton, saya langsung ke dapur, bikin pancake!



500 Days of Summer

Rating:★★★★
Category:Movies
Genre: Drama
Dari pertama lihat beritanya di E! Channel saya sudah pengeeeeennn...banget nonton film ini. Sudah pasti nggak bakal masuk bioskop sini deh jadi sabar-sabar aja nunggu di lapak DVD terdekat. Orang-orang muda-dewasa yang mencari cinta. Ahhh...kita banget nggak sih tuh!

Tom, seorang penulis kartu ucapan, jatuh cinta berat sama Summer, asisten bosnya di kantor. Tom yakin Summer adalah ”si satu” yang ditunggu selama ini. Sementara Summer, walau menyukai Tom, tetapi nggak percaya sama yang namanya jatuh cinta. Tom patah hati berat saat Summer memutuskan hubungan mereka. Dia bertekad suatu hari nanti harus bisa balik lagi sama Summer.

Menariknya film ini disajikan dalam plot yang nggak kronologis. Cerita dijabarkan dalam 500 hari kebersamaan Tom dengan Summer dengan urutan hari yang lompat sana lompat sini. Film ini tetap ditutup dengan kebahagiaan tetapi kebahagiaan dalam versi yang berbeda. Dan saya suka itu.
Chloe Moretz yang berperan sebagai Rachel, adiknya Tom, cukup mencuri perhatian. ABG sok tue’ ini jadi tempat curhat sekaligus penasihat cinta kakaknya; “Tom, I know you think she was the one, but I don't. Next time you look back, I think you should look again.”

Walau berbau ”chick-flick” tetapi cowok pasti mau nonton film ini karena bisa lihat mukanya Zooey Deschanel yang lugu-lugu kampret itu.


Summer: I just woke up one day and I knew.
Tom: Knew what?
Summer: What I was never sure of with you

Funny People

Rating:★★★
Category:Movies
Genre: Comedy
Funny People

George Simmons, komedian yang sudah mulai turun pamor, didiagnosa punya penyakit aneh. Diperkirakan hidupnya nggak bakal lama lagi. Tahu waktunya tak lama lagi di dunia ini, George mulai menyesali beberapa kejadian di hidupnya. Termasuk mutusin pacar lamanya, Laura yang sekarang menikah dengan pria Australia.
Suatu malam George manggung di klub komedi. Saking depresinya, leluconnya terasa garing dan “gelap”. Ira Wright, yang sedang mencoba peruntungannya sebagai stand-up comedian, tak sengaja mencela penampilan George. George nggak sakit hati, justru Ira direkrut buat jadi asisten sekaligus bertanggung jawab buat nulis lelucon. Hubungan ini jadi simbiosis mutualisme. George senang dapat teman baru, Ira pun jadi kecipratan ”naik panggung” lebih sering.


Film ini kok seperti curhat terselubungnya Adam Sandler yah? Apakah generasinya Seth Rogen mulai mengancam pamornya? Entahlah...yang jelas ini keuntungan ganda buat saya. I like them both! Apalagi banyak cameo seleb nongol di sini. Ray Romano dari Everybody Loves Raymond, Paul Reiser dari Mad About You, Andy Dick, Justin Long, sampai Eminem.

Seorang teman pernah mempertanyakan kenapa sekarang banyak film superhero yang mencoba untuk bijak? Apakah ini akan menular pada komedi juga? Selama masih lucu dan menghibur sih…no problemo.


”Okay, I thought it could be funny if you just go, Fuck Facebook in the face!” – (Ira on MySpace Convention)

Minggu, 15 November 2009

Perahu Kertas

Rating:★★★★★
Category:Books
Genre: Literature & Fiction
Author:Dee
“Namanya Kugy. Mungil, pengkhayal, dan berantakan. Dari benaknya mengalir untaian dongeng indah. Keenan belum pernah bertemu manusia seaneh itu.

Namanya Keenan. Cerdas, artistik, dan penuh kejutan. Dari tangannya mewujud lukisan-lukisan magis. Kugy belum pernah manusia seajaib itu.

Dan kini mereka berhadapan diantara hamparan misteri dan rintangan. Akankah dongeng dan lukisan bersatu? Akankah hati dan impian mereka bertemu?”

...
(dari sampul belakang buku Perahu Kertas)

Buku ini harusnya dilengkapi peringatan: AWAS! Buku ini bisa seenaknya mengaduk-aduk emosi dan mencabik-cabik hati!
Saya membaca buku ini waktu saat sedang bergelut dengan tingginya temparatur tubuh, ingus yang terus mengalir dan kepala yang masih kelinyengan. Lebih nekat lagi, sengaja saya pasang lagu-lagunya Dee di album Rectoverso. Lengkap sudah ”penderitaan” itu. Bagusnya, saya baca buku ini sendirian di dalam kamar. Jadi tak ada yang lihat saat saya mewek mengikuti perjalanan hati yang berliku Kugy dan Keenan.

Tidak seperti waktu saya baca Filosofi Kopi dan Rectoverso yang ceritanya rada ”ajaib”, buku ini terasa lebih ”normal”. Namun begitu, jangan pernah remehkan kemampuan Dee mengacau emosi kita dengan sadisnya. Kalau Rectoverso sudah bikin kamu berkaca-kaca, yang ini dijamin nangis bombay. Kalau saya Joey-nya Friends, buku ini sudah pasti saya masukkan ke dalam ”freezer” karena kebrutalannya mengacak-ngacak hati kita.

Siapkan camilan-camilan lucu, secangkir coklat hangat atau apapun minuman favorit kamu, dan sekotak tisu sebelum membaca buku ini.


”Carilah orang yang nggak perlu meminta apa-apa, tapi kamu mau memberikan segala-galanya.”

”Hati tidak pernah memilih. Hati dipilih.... Karena hati tidak perlu memilih. Ia selalu tahu ke mana harus berlabuh.”

Kamis, 12 November 2009

This is It

Rating:★★★★
Category:Movies
Genre: Documentary
Iyeeee…saya telat banget baru nonton film ini. Saya pikir semua orang sudah pada nonton dan kayaknya bakal sulit nyari teman nonton bareng. Saya pun bikin pancingan status di FB dan eeeh...ternyata ada satu teman baik hati yang terjerat. Bertemulah kita di XXI PIM 2.

Wuiih...keren.
Gila! Keren banget!
Ooohh...keren banget sih!!!

Kalimat-kalimat itu meluncur dari mulut kita hampir di sepanjang film. Konsep konsernya Jacko ini emang super keren! Baru latihan saja kita sudah bisa bayangin betapa spektakulernya kalau konser beneran. Jacko memang pantas dibilang ”raja”. Dia tahu banget apa yang dia mau, dari tariannya, musiknya, alur konsernya. Luar biasa!

Ini satu-satunya film di mana saya bisa mentolerir suara tepukan penonton di tengah-tengah film. Yiihii!!


”why, why, tell them that is human nature. Why, why, does he do me that way” *lagu ini nyangkut terus di kepala saya


Kamis, 22 Oktober 2009

Inglorious Basterds: there will be blood!

Rating:★★★
Category:Movies
Genre: Drama
Yup! Itu peringatan buat yang berniat nonton film ini. Buat yang udah pernah nonton Kill Bill atau film Tarantino lainnya mungkin udah punya gambaran kayak gimana tuh darah-darah bermuncratan. Buat yang belum pernah nonton film-filmnya Tarantino saya sarankan jangan tonton film ini dulu. Cari DVD salah satu filmnya (film karya Tarantino belum banyak kok), tonton dulu di rumah, kalau sepanjang film kamu mulai merasa bingung ”kenapa begini, kenapa begitu, maksudnya apa”; maka saya sarankan kamu membatalkan niat menonton film ini di bioskop.

Sebenarnya plot film ini nggak jauh beda sama film-film Tarantino sebelumnya. Selalu ada potongan cerita-cerita pendek dengan karakter berbeda dan semua potongan itu menyatu di bagian akhir film. Inti ceritanya: killing Nazis. Caranya? Itu dia. Tonton aja deh yaa... nggak usah tanya-tanya kenapa ininya begitu, kenapa itunya begini sama teman nonton kalian. Karena itu sungguh genggessssss penonton di sebelah kalian.
Diantara cipratan darah dan sayatan kulit kepala, saya terkagum-kagum oleh aktingnya Christoph Waltz pemeran Kolonel Landa. Licik, manipulatif, berdarah dingin, nyebelin, bermuka dua, semua karakterk antagonis ini dibawakan dengan cara yang elegan. Saya kasih 5 bintang khusus aktingnya om Christoph ini!


” Each and every man under my command owes me one hundred Nazi scalps... and I want my scalps!”

Senin, 19 Oktober 2009

The Boat that Rocked

Rating:★★★★★
Category:Movies
Genre: Comedy
Bayangkan film Titanic. Dalam versi komedi buatan Inggris. Gantikan Leo dan Kate dengan sekumpulan pria penyiar radio rock n’ roll dan seorang tukang masak perempuan lesbian. Lupakan suara Celine Dion yang mendayu. Rolling Stones, Eurhytmics dan sejumlah legenda rock n’ roll berseliweran mengiringi film ini. Bukan tahun 1902 ini tahun 1966. Tahun terbaik dalam sejarah musik pop dan rock n’ roll.

Di tahun itu juga pirates radio berkembang pesat di Inggris. Ini karena radio resmi di sana nggak banyak memutar lagu rock n’ roll. Pada masa itu pemerintah sana anti berat dengan ”musik berisik beraliran sesat” ini. Radio Rock salah satu pirates radio yang ngetop di kalangan anak muda. Stasiun radio mereka ada sebuah kapal laut yang “nangkring” di tengah laut. Seorang anak muda bernama Carl mengajak kita berkenalan dengan para crew radio. The Count yang nyentrik, midnight Mark yang seksi, supers Simon yang lugu dan melankolis, late night Bob yang penyendiri, Gavin yang ”dewanya” DJ radio rock n’ roll. Kehidupan di atas kapal itu sungguh surganya rock n’ roll. Full musik-musik keren 24 jam sepanjang tahun, para penyiarnya digilai seluruh cewek di sana. Sayangnya, hari bahagia mereka segera berakhir. Pemerintah mengesahkan undang-undang kelautan baru yang intinya mematikan siaran pirates radio di Inggris. Radio Rock pun harus berhenti siaran dan berpisah sama para pendengar setia mereka. Hey...ini cerita rock n’ roll, nggak mungkin kan mereka menyerah begitu saja hanya karena satu peraturan konyol? Satu lagi perbedaan film ini dari Titanic, film ini berakhir bahagia tanpa ada yang mati kedinginan di laut.

Buat penggemar rock n’ roll sejati wajib hukumnya nonton film ini! Rock on!


"You know, if God were a DJ he’d be on this station!"


Rabu, 26 Agustus 2009

Grey’s Anatomy Season 5

Rating:★★★★★
Category:Other
Gue sempat nggak bersemangat ngikutin Grey’s Anatomy lagi waktu Dr. Preston Burke dicoret dari serial ini. Dr. Burke yang tampil serius bisa ngimbangin sosok McDreamy yang so dreamy itu. Pasti rasanya kurang greget deh nonton Grey’s tanpa Dr. Burke. Gue pun nggak terlalu antusias buat beli DVD yang season 4.

Gara-gara Star World menayangkan season 4, gue jadi penasaran lagi deh. Kebetulan Irjean berbaik hati meminjamkan DVDnya, sekaligus sama awal season 5. Benar juga sih, season 4 berlangsung begitu saja tanpa kesan berarti. Gue jadi ngerti kenapa waktu tahun kemarin Katherin Heigl bilang Grey’s nggak bakal menang Emmy Award karena cerita sesaon ini menurun kualitasnya. Meredith-McDreamy memang sempat putus dan McDreamy pacaran lagi sama suster cantik yang gue lupa namanya. Tapi itu sih gue bilang cuma buat panjang-panjangin cerita aja sambil Shonda Rhimes dan timnya dapat wangsit cemerlang buat nulis cerita di season 5.

Cerita season 5 ternyata lebih dahsyat daripada season 2. Masih inget ending season 2 waktu Izzie dengan prom dress-nya nangis-nangis sambil meluk Denny yang akhirnya meninggal setelah susah payah dapat jantung baru? Adegan itu sekarang terasa kurang bombay setelah nonton ending season 5.

(Kalau kamu nggak suka spoiler, sebaiknya segera berhenti baca review ini)

Meredith-McDreamy jadian lagi dan berencana menikah. Sosok Burke tergantikan dengan dokter baru, Dr. Owen Hunt. Dr.Hunt ini tadinya tentara yang sempat tugas di Irak. Dia gabung di bagian trauma dan seperti Burke, Hunt pun naksir sama Christina.
Shonda Rhimes kayaknya pengen balas dendam sama kritikan Katherine Heigl di season 4. Makanya dia ngasih cobaan berat buat karakter Izzie Stevens di sini. Berawal dari penampakan kembali Denny Duquette yang hanya bisa dilihat oleh Izzie. Hidup Izzie dibuat kacau oleh pemunculan ini, apalagi dia sekarang udah jadian sama Alex. Izzie udah berkali-kali ngusir Denny, tetapi dia tetap kembali lagi. Sampai akhirnya Izzie sadar kalau halusinasinya tentang Denny adalah gejala penyakit tumor yang diidapnya.
Entah kenapa, gue merasa tokoh Izzie ini kayaknya paling sering dikasih cobaan menggila. Karakternya pun jadi semakin menonjol dibanding Meredith sang karakter utama.

Karakter George O’Malley seperti terpinggirkan di season ini. Apakah ini karena TR. Knight udah mau cabut season depan? Mmmhh… George baru mulai terasa berarti kehadirannya waktu adegan pernikahan Izzie-Alex. Waktu itu George menuntun Izzie, yang masih limbung akibat kemoterapi, berjalan menuju altar. Ini salah satu adengan mengharukan di season 5.
Yang paling mengharukan? Oh tentulah di episode pamungkas. Denyut jantung Izzie berhenti. George, yang luka parah tertabrak bus, terbaring kritis di meja operasi.
Izzie kembali memakai prom dress-nya, masuk ke lift yang sama seperti saat ia hendak menjenguk Denny. Pintu lift terbuka...dan George ada di situ. Dengan setelan tentaranya.

Dan gue mewek sambil meluk bantal.

Shonda Rhimes rese!


“Did you say it? 'I love you. I don't ever wanna live without you.
You changed my life.' Did you say it?
Make a plan. Set a goal. Work toward it.
But every now and then look around.
Drink it in. '
Cause this is it.
It might all be gone tomorrow.”

Angus, thongs and perfect snoggings

Rating:★★★★★
Category:Movies
Genre: Comedy
Kalau dikasih kesempatan buat jadi ABG lagi, gue pilih jadi ABG di Eastbourne, Inggris Raya sono. Semua ucapan gue pasti terdengar jadi tambah dramatis dengan aksen Inggris yang medok, seperti Georgia, tokoh utama di film ini.

Georgia dan gengnya naksir berats sama kakak kelas mereka yang baru, Tim dan Robbie. Cowok kembar ”sex-gods” pindahan dari London. Georgia dan gengnya pun menyusun strategi buat ngegebet sang kakak kelas.
Kebetulan Georgia mau ultah yang ke-15, dia membujuk ortunya buat bikinin pesta yang super keren di club yang super happening lengkap dengan DJ-nya. Dengan begitu dia punya kesempatan buat bikin sang gebetan terkesan.
Sayangnya, ultah Georgia barengan sama Lindsay, kakak kelas mereka yang naksir sama Robbie. Lindsay juga berencana bikin pesta yang super keren.
Georgia pun jadi bete. Tambah be-te waktu bapaknya ditugasin ke New Zealand, trus tau-tau nyokapnya jadi sering pergi bareng cowok yang lagi ngedekor ulang rumah mereka.


Film ini cukup berkhasiat mengobati mood yang lagi rusak. Karakter Georgia yang bergejolak ini, sumpe deh bikin kita terhibur. Penglihatan pun dijamin cemerlang karena penampilan para brondong yang somehow terlihat seksi. Auw!
Ada bagian sedihnya juga sih, waktu Georgia nangis-nangis datang ke kantor bokapnya, minta bokapnya yang lagi tugas di New Zealand segera balik ke Eastbourne. Huhuhuhuhuu...sumpe gue nangis di bagian ini.
Masih menyisakan adegan klise yang ”kejui” (cheesy ;) di bagian akhir film. Cukup dimaklumi deh, namanya juga teen-flick yah.

”Oh flip, flipper and flipping hell!”

Selasa, 11 Agustus 2009

I love you, man

Rating:★★★★
Category:Movies
Genre: Comedy
Menjelang hari perkawinannya, Peter panik. Bukan, bukan karena dia tiba-tiba parno sama kehidupan perkawiannya kelak. Dia nggak punya masalah sama tunangannya. Dia juga nggak keberatan tunangannya, Zooey, beserta geng ceweknya yang punya jadwal rutin buat ”girls night out”. Masalahnya justru karena Peter nggak punya sahabat cowok yang bisa dijadiin ”best man” di hari pernikahannya nanti.
Peter memang lebih masuk bergaul sama cewek-cewek (maybe he’s a Sagittarius, heh ;) Teman cowok yang cukup dekat hanya adiknya yang gay (sumpe kocak bener nih adiknya).

Demi menjaga ”keseimbangan” jumlah teman cewek-cowok di pernikahan mereka, Peter mulai mencari teman cowok yang bisa jadi ”potential best man”. Ternyata nyari teman cowok sama rumitnya kayak nyari pacar. It’s all about chemistry, baby!
Secara nggak sengaja Peter ketemu Sydney saat open house salah satu rumah seleb yang mau dijual. Dari awal ketemu Peter udah kagum sama sifat Jim yang terus terang dan nyantai. Peter pun ngajak Sydney buat ”man-date” dan dari situ hubungan mereka makin akrab.
Sayangnya, semakin mereka akrab, Zooey jadi merasa tersisihkan. Mereka pun jadi bertengkar dan perkawinan terancam batal.

Namanya juga film komedi, pastilah endingnya happy. Tinggal liat aja gimana caranya semuanya berakhir indah. Ide ceritanya menarik sih, hubungan antar cowok emang jarang dibahas di film komedi romantis. Mungkin karena cowok nggak seemosional dan sekompleks cewek kali yee.


Peter: ”I love you, dude”
Sidney: “I love you, bro Montana”

Sabtu, 25 Juli 2009

Public Enemies

Rating:★★★★
Category:Movies
Genre: Drama
Bersyukurlah John Dilinger jadi perampok bank di era tahun 1930-an. Saat blom ada teknologi canggih, blom ada CCTV, blom ada internet, blom ada CNN, TV One, Metro TV. Kalau nggak mana bisa dia keliaran di tengah kota, dinner sana sini sementara siangnya dia baru aja ngerampok bank.
Beruntung juga lah dia punya tampang ganteng, gampang gaet cewek walau dia dengan terus terang ngaku sebagai ”John Dilinger, I rob banks”.
Dengan tenangnya John bisa masuk ke kantor polisi tanpa ada satu petugas pun yang ngeh siapa dia. Geblegnya lagi dia masuk ke salah satu ruangan yang khusus mengurusi pengejaran dirinya dan geng rampoknya.

Kisah tentang John Dilinger, perampok bank legendaris, ini udah pernah gue tonton di salah satu tv sini (RCTI kalo nggak salah) Pemerannya Mark Harmon, yang sekarang main di serial NCIS. Kayaknya waktu itu formatnya film-tv gitu deh. Gue lebih suka adegan pembunuhan John Dillinger yang versi film-tv, lebih dramatis. Settingnya sama kayak di film, John pulang nonton, trus dikepung sama para agen FBI, jalan yang tadinya rame tiba-tiba lengang karena orang-orang pada melipir, tinggal John melangkah sendirian. Walau tau bakal metong, John tetap jalan dengan pd-nya sampai diberondong tembakan para agen FBI.
Agak sayang aja pas di film dia ditembaknya dari belakang. Padahal itu kan harusnya jadi adegan puncaknya.

Seperti biasa Johnny Depp tampil luar biasa okeh. Menyegarkan juga liat penampilannya yang bersih dan well-groom setelah kemaren-kemaren tampil lusuh dan ”bau.
Kalau kemaren udah liat robot-robotan dan sihir-sihiran, sekarang saatnya liat tembak-tembakan ala taon tiga puluh-an.
Sekedar pengingat buat yang mo’ nonton di bioskop, kalau mau ngasih komen tunggu sampe film selesai yah. Jangan sekali2 ngebahas pada saat film sedang berlangsung karena itu sangat amat gengges! Look to your left, look to your right, situ di public place bukan di rumah nenek moyang lo! (curcol dikit neh ;)


“They ain't tough enough, smart enough or fast enough. I can hit any bank I want, any time. They got to be at every bank, all the time.”

Rabu, 22 Juli 2009

17 Again

Rating:★★★★
Category:Movies
Genre: Drama
Matthew Perry & Zac Effron. Itu dua alasan utama gue nonton film ini. Matthew is my favorite F.R.I.E.N.D.S, Zac is my favorite “brondong”.
Ceritanya tentang seorang Mike O’ Donnel yang merasa telah gagal dalam hidup. Dalam proses cerai sama istrinya, dijauhin anak-anaknya, dipecat dari kerjaannya. Beda banget waktu Mike masih SMA. Bintang lapangan basket, idola cewek-cewek, inceran pencari bakat, udah keliatan deh masa depan Mike yang bakal terang benderang. Sayangnya semua itu hilang setelah Mike tahu pacarnya, yang kemudian jadi istrinya, ternyata lagi hamil. Mike memutuskan untuk menikahi si pacar dan melupakan rencana masuk kuliah.

Merasa gagal dalam hidupnya sekarang, Mike berharap bisa balik ke jaman SMA, saat semua terasa mudah dan menyenangkan. Satu kejadian aneh membawa Mike beneran balik ke masa SMA. Dia pun masuk ke sekolah lamanya yang juga sekolah anak-anaknya sekarang. Pengalaman masuk SMA ini membuat Mike jadi lebih kenal anak-anaknya sendiri. Mike juga mulai menyesali keputusan buat cerai dari istrinya. Justru Mike pengen balik lagi ke masa sekarang karena dia nggak mau kehilangan apa yang dia dapat di masa lalunya.
Bukan memperbaiki masa lalu melainkan menyadarkan diri sendiri untuk tidak terjebak pada penyeselan akan masa lalu.
Cukup dalam juga buat film yang 100% menjual Zac Effron.


“Sooner or later you all come back to your old school, stand there and look at the picture of the glory days wondering "What might have been." Seems to me you guys are living in the past.”

Jumat, 17 Juli 2009

Harry Potter and the Half Blood Prince

Rating:★★★
Category:Movies
Genre: Drama
WARNING: This review contains spoiler! Read at your own risk!

Begitu selesai baca buku ke-6, gue udah ngebayangin serunya kalau udah dibikin film. Duel-duel sihirnya pasti makin seru dan terlebih lagi cinta-cintaannya. Ron kisses Hermione. Harry kisses Ginny. Uuuuuuuhhh…kissing scene Harry-Cho di sekuel ke-5 aja udah cukup hot untuk ukuran fim Harry Potter.

Kali ini problem yang dihadapi Harry semakin berat. Dia harus lebih siap buat menghadapi Voldermort suatu hari nanti. Makanya Dumbledore ngajak Harry buat menyelami latar belakangnya Voldermort dari waktu dia masih jadi siswa Hogwarts. Dumbledore yakin dari situ mereka bisa tahu cara buat mengalahkan Voldermort. Kasih jempol buat akting pemeran Voldermort muda. Muka anak-anak, tapi ekspresinya “dingin” banget.

Naahh…problem muncul saat momen2 romantis Ron-Hermione Harry-Ginny yang gue bayangkan di buku kok ya nggak kejadian di filmnya? Heelloooo….!! Jadi agak mengurangi keseruan filmnya deh. Emang sih ada adegan Ginny nyium Harry, tapi tuh nggak seoke bukunya deh.

Walau romansa2nya kurang berasa, tapi gue senang karena ada tanding quidditch lagi di sini! Yeaaahh...sapu2 terbang, bola2 berseliweran, Ron jadi keeper, asik lah.

Kabarnya JK Rowling aja nangis waktu abis ”ngebunuh” karakter Dumbledore di buku ke-6. Dan emang kita semua pun dibikin sedih waktu Dumbledore di-avada kedavra sama Snape. Sayang, adengan metongnya Dumbledore masih kalah emosional daripada waktu Sirius mati.

Dengan segala kekurangannya, sekuel ke-6 ini cukup layak tonton kok. Para pemerannya makin tampil dewasa (ya buat cowok2 yang ngincer Emma Watson, udah makin ngeces deh) dan yang menarik Draco Malfoy kok ya jadi mirip Eminem yah...?


“In my life I have seen things that are truly horrific. Now I know you will see worse.”

Rabu, 24 Juni 2009

He's just not that into you

Rating:★★★★★
Category:Movies
Genre: Romantic Comedy
He’s just not that into you

Nonton film ini kayak dapat insight2 seru tentang hubungan cewek-cowok.
Cewek-cewek itu emang jagonya membaca tanda-tanda dan menganalisa. Asik-asik bikin rasional dan kesimpulan sendiri.
Kenapa sih tuh cowok nggak nelpon? Mungkin dia lupa nomer telpon lo. Mungkin dia lagi keluar kota. Mungkin dia masih patah sama mantannya. Mungkin dia lagi pergi berburu terus tau-tau digigit macan dan di hutan nggak ada yang bisa nolongin akhirnya dia mati karena kebisan darah.

Sementara cowok-cowok emang makhluk paling ”apa adanya”. Seperti kata Alex, salah satu tokoh film ini, “if a guy wants to be with a girl, he will make it happen, no matter what”. Kalo dia nggak nelpon2 juga, cuma ada satu alasan simpel; “he’s just not that into you”

Seperti menikmati semangkuk sop buah mang oyen, film ini sedap dipandang dan enak dinikmati di hari yang bikin mumet. Ada Jennifer Aniston, Ben Affleck, Scarlett Johansson, Drew Barrymore, Kevin Connolly (love him!), “mac-guy” Justin Long, Bradley Cooper (lagi digosipin sama Jen Aniston nih), Jennifer Connelly dan Ginnifer Goodwin.
Entah kenapa gue liat chemistrynya Jen Anniston-Ben Affleck (they play as un-married couple) agak kurang luwes gitu. Lebih suka Justin Long-Ginnifer Goodwin. They’re so cute!



“... but sometimes we're so focused on finding our happy ending we don't learn how to read the signs. how to tell the ones who want us from the ones who don't, the ones who will stay and the ones who will leave.
and maybe a happy ending doesn't include a guy, maybe it's you, on your own, picking up the pieces and starting over, freeing yourself up for something better in the future.
maybe the happy ending is just moving on. or maybe the happy ending is this: knowing after all the unreturned phone calls and broken-hearts, through the blunders and misread signals, through all the pain and embarrassment... you never gave up hope”

Selasa, 23 Juni 2009

I saw the signs




...and got lost in translation.
Location: Hanoi & Bangkok.

Senin, 15 Juni 2009

I'm walking away...




around Hanoi - the French Quarter

Around Hoan Kim Lake




Danau indah di tengah2 kota Hanoi. Huhuhuhu...seandainya Jakarta punya juga.

How long is Ha Long Bay?




Kalau kata Wikipedia sih ±1.500 km². Ha Long Bay sendiri artinya "Teluk naga yang sedang turun" dalam bahasa Vietnam.
Tiga jam perjalanan dari Hanoi menuju pelabuhan. Trus kita naek kapal sekitar sekian jam (we forgot to wear watch that day ;), merapat lagi ke pelabuhan sore harinya.

Minggu, 14 Juni 2009

Honk if you're beautiful




I guess everyone is beautiful in Hanoi. Suara klakson motor/mobil gak pernah putus sepanjang jalan.

Budha bless you




From Big Budha in Phuket to Reclining Budha, Wat Po.

Leo hunting, pirate caving and searching for Mr. Bond




Phi Phi Island.
Feeling like a Greek tycon, riding on a boat, island hopping, checking out cute bules :p.
Yakin banget bakal balik lagi ke sini buat ngambil celana pendek gue yang terbang kebawa angin :D

Phuket Pliket




menyusuri patong beach & bangla road. siang dan malam sama "panasnya".

We're beaches




patong beach.
karon beach.

when the cloud feeling blue