Minggu, 29 November 2009

Kabul Beauty School

Rating:★★★★
Category:Books
Genre: Biographies & Memoirs
Author:Deborah Rodriguez


Debbie Rodriguez, seorang penata rias dari Holand Michingan, AS, suatu hari tergerak hatinya buat jadi relawan. Tak tanggung-tanggung, tempat yang dipilihnya adalah Afganistan. Waktu itu tahun 2002, saat kekuasaan Taliban baru berakhir di negara itu. Ngapain yah orang salon nyasar ke negara yang bertahun-tahun melarang kaum perempuannya merias diri bahkan bercermin pun dilarang? Memangnya di sana ada wanita karir yang perlu diblow dry rambutnya jam 6 pagi karena jam 8 sudah harus meeting?
Debbie memang sempat ragu apakah dirinya bisa berguna di sana? Sementara relawan lain profesinya lebih bergengsi, seperti dokter.

Ternyata, hasrat tampil cantik itu selalu ada di hati perempuan mana pun, di belahan dunia mana saja. Tak bisa ditutupi oleh burqa, pakaian panjang yang menutupi seluruh tubuh, yang dipakai para perempuan Kabul bertahun-tahun lamanya. Maka sesuai keahliannya, Deb membuka sekolah kecantikan di Kabul. Tidak hanya untuk mempercantik wanita Afghan yang dasarnya sudah cantik, tetapi lebih memberikan mereka rasa percaya diri dan kesempatan untuk cari uang sendiri.

Luar biasa memang semangatnya Debbie buat mewujudkan sekolah kecantikannya ini. Dia minta bantuan dari para produsen produk kecantikan buat mensuplai barang-barang yang dia butuhkan. Niat baik nggak selamanya berjalan mulus. Masih banyak penduduk Afghan yang memberi label negatif pada sekolah kecantikan. Bahkan kementerian perempuan di sana pun mencabut dukungan mereka kepada Debbie. Namun niat baik juga selalu diberi jalan keluar. Selalu ada bantuan-bantuan tak terduga yang didapat Debbie saat sekolahnya terancam ditutup.

Memang buat bantu orang lain, nggak perlu harus jadi ilmuwan atau jutawan dulu. Debbi Rodriguez sudah membuktikan itu.


”Aku tak pernah puas dengan hanya menjadi seorang penata kecantikan, meski itu kehidupan yang baik. Aku selalu ingin menjadi bagian sesuatu yang lebih besar dan lebih berarti-sesuatu yang memberiku perasaan bahwa aku sedang membantu menyelamatkan dunia”

Julie & Julia

Rating:★★★★
Category:Movies
Genre: Drama

Food lovers, this is a MUST WATCH MOVIE!!! Seluruh isi film ini adalah tentang masak, makan, masak, makan, makan, masak, masak, makan, makan, makan! Jangan coba-coba nonton dalam keadaan lapar, dijamin orkes keroncong di dalam perut makin kencang bunyinya.

Film ini menggabungkan dua kisah nyata tentang Julia Child, penulis buku laris ”Mastering the art of French Cooking” dan Julie Powell, penulis yang menantang dirinya memasak semua resep dari buku Julia dalam waktu 365 hari.
Di bagian Julia Child kita diajak pergi ke Perancis di tahun 1949. Mengikuti suaminya yang bertugas di kedutaan Amerika, Julia mencari kesibukan dengan ikut kelas masak. Kenapa pilih masak? Karena Julia adalah pecinta makanan sejati (I shoud be signing to cooking class ASAP!). Dari hobi masak, Julia dan dua orang temannya mulai menulis buku resep sendiri.
Sementara di bagian Julie Powell, kita diajak kembali ke New York tahun 2002. Julie bekerja di hotline center buat keluarga korban 9/11. Menjelang ulangtahun yang ke 30 dia merasa frustasi (kenapa kepala 3 selalu bikin depresi). Teman-temannya sukses di karier sementara Julie yang bercita-cita jadi penulis, merasa semakin jauh dari impiannya itu. Suatu hari suami Julie mengusulkan agar dia mulai menulis blog. Karena dia suka masak dan punya kenangan indah tentang masakan Julia Child, maka diputuskan untuk membuat blog tentang memasak.

Meryl Streep, seperti biasa, tampil luar biasa. Aktingya sebagai Juia Child mengingatkan kita akan tampilan ibu Amerika klasik di poster-poster vintage. Dan suaranya itu lho...bisa-bisanya dibikin melengking kayak gitu. Tetapi yang jelas, hal itu nggak mengurangi kenikmatan film ini. Yum!


”You are the butter on my bread and the breath of my life”


PS: Selesai nonton, saya langsung ke dapur, bikin pancake!



500 Days of Summer

Rating:★★★★
Category:Movies
Genre: Drama
Dari pertama lihat beritanya di E! Channel saya sudah pengeeeeennn...banget nonton film ini. Sudah pasti nggak bakal masuk bioskop sini deh jadi sabar-sabar aja nunggu di lapak DVD terdekat. Orang-orang muda-dewasa yang mencari cinta. Ahhh...kita banget nggak sih tuh!

Tom, seorang penulis kartu ucapan, jatuh cinta berat sama Summer, asisten bosnya di kantor. Tom yakin Summer adalah ”si satu” yang ditunggu selama ini. Sementara Summer, walau menyukai Tom, tetapi nggak percaya sama yang namanya jatuh cinta. Tom patah hati berat saat Summer memutuskan hubungan mereka. Dia bertekad suatu hari nanti harus bisa balik lagi sama Summer.

Menariknya film ini disajikan dalam plot yang nggak kronologis. Cerita dijabarkan dalam 500 hari kebersamaan Tom dengan Summer dengan urutan hari yang lompat sana lompat sini. Film ini tetap ditutup dengan kebahagiaan tetapi kebahagiaan dalam versi yang berbeda. Dan saya suka itu.
Chloe Moretz yang berperan sebagai Rachel, adiknya Tom, cukup mencuri perhatian. ABG sok tue’ ini jadi tempat curhat sekaligus penasihat cinta kakaknya; “Tom, I know you think she was the one, but I don't. Next time you look back, I think you should look again.”

Walau berbau ”chick-flick” tetapi cowok pasti mau nonton film ini karena bisa lihat mukanya Zooey Deschanel yang lugu-lugu kampret itu.


Summer: I just woke up one day and I knew.
Tom: Knew what?
Summer: What I was never sure of with you

Funny People

Rating:★★★
Category:Movies
Genre: Comedy
Funny People

George Simmons, komedian yang sudah mulai turun pamor, didiagnosa punya penyakit aneh. Diperkirakan hidupnya nggak bakal lama lagi. Tahu waktunya tak lama lagi di dunia ini, George mulai menyesali beberapa kejadian di hidupnya. Termasuk mutusin pacar lamanya, Laura yang sekarang menikah dengan pria Australia.
Suatu malam George manggung di klub komedi. Saking depresinya, leluconnya terasa garing dan “gelap”. Ira Wright, yang sedang mencoba peruntungannya sebagai stand-up comedian, tak sengaja mencela penampilan George. George nggak sakit hati, justru Ira direkrut buat jadi asisten sekaligus bertanggung jawab buat nulis lelucon. Hubungan ini jadi simbiosis mutualisme. George senang dapat teman baru, Ira pun jadi kecipratan ”naik panggung” lebih sering.


Film ini kok seperti curhat terselubungnya Adam Sandler yah? Apakah generasinya Seth Rogen mulai mengancam pamornya? Entahlah...yang jelas ini keuntungan ganda buat saya. I like them both! Apalagi banyak cameo seleb nongol di sini. Ray Romano dari Everybody Loves Raymond, Paul Reiser dari Mad About You, Andy Dick, Justin Long, sampai Eminem.

Seorang teman pernah mempertanyakan kenapa sekarang banyak film superhero yang mencoba untuk bijak? Apakah ini akan menular pada komedi juga? Selama masih lucu dan menghibur sih…no problemo.


”Okay, I thought it could be funny if you just go, Fuck Facebook in the face!” – (Ira on MySpace Convention)

Minggu, 15 November 2009

Perahu Kertas

Rating:★★★★★
Category:Books
Genre: Literature & Fiction
Author:Dee
“Namanya Kugy. Mungil, pengkhayal, dan berantakan. Dari benaknya mengalir untaian dongeng indah. Keenan belum pernah bertemu manusia seaneh itu.

Namanya Keenan. Cerdas, artistik, dan penuh kejutan. Dari tangannya mewujud lukisan-lukisan magis. Kugy belum pernah manusia seajaib itu.

Dan kini mereka berhadapan diantara hamparan misteri dan rintangan. Akankah dongeng dan lukisan bersatu? Akankah hati dan impian mereka bertemu?”

...
(dari sampul belakang buku Perahu Kertas)

Buku ini harusnya dilengkapi peringatan: AWAS! Buku ini bisa seenaknya mengaduk-aduk emosi dan mencabik-cabik hati!
Saya membaca buku ini waktu saat sedang bergelut dengan tingginya temparatur tubuh, ingus yang terus mengalir dan kepala yang masih kelinyengan. Lebih nekat lagi, sengaja saya pasang lagu-lagunya Dee di album Rectoverso. Lengkap sudah ”penderitaan” itu. Bagusnya, saya baca buku ini sendirian di dalam kamar. Jadi tak ada yang lihat saat saya mewek mengikuti perjalanan hati yang berliku Kugy dan Keenan.

Tidak seperti waktu saya baca Filosofi Kopi dan Rectoverso yang ceritanya rada ”ajaib”, buku ini terasa lebih ”normal”. Namun begitu, jangan pernah remehkan kemampuan Dee mengacau emosi kita dengan sadisnya. Kalau Rectoverso sudah bikin kamu berkaca-kaca, yang ini dijamin nangis bombay. Kalau saya Joey-nya Friends, buku ini sudah pasti saya masukkan ke dalam ”freezer” karena kebrutalannya mengacak-ngacak hati kita.

Siapkan camilan-camilan lucu, secangkir coklat hangat atau apapun minuman favorit kamu, dan sekotak tisu sebelum membaca buku ini.


”Carilah orang yang nggak perlu meminta apa-apa, tapi kamu mau memberikan segala-galanya.”

”Hati tidak pernah memilih. Hati dipilih.... Karena hati tidak perlu memilih. Ia selalu tahu ke mana harus berlabuh.”

Kamis, 12 November 2009

This is It

Rating:★★★★
Category:Movies
Genre: Documentary
Iyeeee…saya telat banget baru nonton film ini. Saya pikir semua orang sudah pada nonton dan kayaknya bakal sulit nyari teman nonton bareng. Saya pun bikin pancingan status di FB dan eeeh...ternyata ada satu teman baik hati yang terjerat. Bertemulah kita di XXI PIM 2.

Wuiih...keren.
Gila! Keren banget!
Ooohh...keren banget sih!!!

Kalimat-kalimat itu meluncur dari mulut kita hampir di sepanjang film. Konsep konsernya Jacko ini emang super keren! Baru latihan saja kita sudah bisa bayangin betapa spektakulernya kalau konser beneran. Jacko memang pantas dibilang ”raja”. Dia tahu banget apa yang dia mau, dari tariannya, musiknya, alur konsernya. Luar biasa!

Ini satu-satunya film di mana saya bisa mentolerir suara tepukan penonton di tengah-tengah film. Yiihii!!


”why, why, tell them that is human nature. Why, why, does he do me that way” *lagu ini nyangkut terus di kepala saya