Senin, 08 Mei 2006

Artikelnya Samuel Mulia di Kompas Minggu



Bacaan hari Minggu paling asyik
adalah kolomnya Samuel Mulia di harian Kompas. Ringan, menarik, ”ngota”,
nyinyir bikin nyengir sambil mikir, ”iya, bener juga ya”. Gue udah jatuh cinta
sama gaya tulisan om Samuel ini sejak baca rubrik NB di majalah A+. Ini gue
posting tulisannya di Kompas Minggu kemaren (7/05).
Gue setuju banget sama paragraf terakhirnya. Selamat nyengir



--------------------------------------------------------------------------------------------------------



Baju Pengantin



Oleh Samuel Mulia

Penulis mode dan gaya hidup
http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0605/07/urban/2628708.htm

------------------------------


Beberapa bulan lalu saya hadir di acara peragaan busana pengantin

karya Biyan. Ini kali pertama saya duduk untuk melihat gaun-gaun yang

senantiasa diimpikan setiap perempuan. Katanya, gaun pengantin

diharapkan hanya dipakai sekali saja, dan amit-amit seumur hidup tak

perlu memakainya lagi. Saya tak tahu pendapat Elizabeth Taylor

mengenai hal yang satu ini.


Sambil menyaksikan karya Biyan malam itu, saya mengatakan kepada

seorang editor mode majalah kondang yang kebetulan duduk di sebelah

saya bahwa menjadi perempuan itu sungguh sebuah keberuntungan. Mereka

memiliki kesempatan bisa memakai pakaian segala rupa, warna dan

bentuk. Belum lagi bicara soal sepatu dan tas.


Maka, sering saya merasa terenyuh melihat seorang perempuan

berpakaian sekadarnya saja, yang penampilannya di nomorduakan dan tak

menikmati anugerah yang besar itu. Bayangkan, di luar pakaian yang

khusus ditujukan untuk perempuan, mereka masih bisa memakai celana

panjang seperti celana panjang pria.


Sementara Sharon Stone terlihat memikat dengan kemeja pria di ajang

Oscar, teman perempuan saya malah memakai jam tangan laki-laki yang

lebih besar dari lengannya. Semua itu tidak mengundang orang untuk

mengatakan mereka banci.


Mau jadi perempuan


Saya? Jangankan pakai jam tangan perempuan apalagi mau mengenakan rok

bawah berlipit, atau long dress, saya mungkin harus demikian

menderitanya dikatakan banci. Dan siulan-siulan meleceh, "Aiiii… mau

ke mana tante."


"Memang elo mau jadi perempuan?" kata editor mode itu. Saya cuma bisa


tersenyum. Masalahnya bukan soal mau jadi perempuannya, melainkan

ingin kesempatan punya kehidupan lebih "berwarna" melalui pakaian

yang saya kenakan.


Banyak teman perempuan saya sudah seperti pungguk merindukan gaun

pengantin, termasuk saya. Merindukan memakai gaun pengantin

maksudnya. Masalahnya kami tak punya seseorang yang mau diajak kawin.


Seorang teman perempuan malah sudah siap menikah sejak lulus kuliah

dan sudah memasang ancang-ancang mengenai calon suami. Ia mengatakan,

kalau pasangannya kaya, ia ingin memesan gaun pengantin di Carolina

Herrera. Kalau sama sekali tak kaya, tak perlu pakai apa-apa. Lha

wong tak punya uang. Menurut dia, nanti calon suaminya malah stres

harus utang gaun pengantin. Saya membayangkan di depan altar

pasangannya dengan lantang mengucapkan I do. Maksud saya, Yes I do,

saya ngutang.


Berani mencintai?


Gaun pengantin memang mudah dipesan, sementara pasangan hidup sudah

dipesan ke beberapa teman, delivery tak kunjung datang. Mungkin sudah

keburu termakan teman. Teman yang satu menyeletuk, "Mesen pizzaaaa…

kali."


Karena saya juga lajang—dan pernah jalang—dan kini sudah mulai lapuk

dimakan rayap, saya juga sempat deg-degan sebab masih sendiri. Saya

juga ingin memakai baju pengantin, masak cuma pakai setelan jas ke

ruang rapat dan memakai setelan resmi ke acara hajatan perkawinan

orang lain.


Seorang teman menyarankan agar saya mencari pasangan di perkumpulan

para single. Ia sendiri sudah lama menjadi anggota di beberapa

perkumpulan para lajang meski selama ini nasib baru memberinya

kesempatan keluar masuk. Maksud saya, keluar single, masuk single.


Ternyata susahnya setengah mati mencari pasangan, terutama yang mau

setia menjadi pasangan hidup, dan bukan pasangan yang bertahan sampai

saat sale di Gucci berakhir. Persaingan cukup ketat sekarang ini

seperti susahnya jualan mobil.


"Ya nek, saingan kita sekarang enggak cuma perempuan, tapi gay juga,"


kata teman perempuan saya. Harus saya akui, beberapa teman pria saya

menikah dengan perempuan, tetapi punya "istri simpanan" berjakun

juga.


Beberapa waktu lalu teman saya berteriak-teriak di telepon sebab

suaminya angkat kaki dari rumah untuk seorang perempuan yang sama

tuanya, tetapi membuat si suami merasa bahagia. Sang suami

mengatakan, dia ingin mencari kebahagiaan. Saya heran ada orang yang

mencari kebahagiaan di luar rumah, lha wong kebahagiaan selalu mulai

dari dan berakhir dalam diri sendiri. Mungkin ia lupa dirinya

sendiri.


Saya mengingat komentar Bams dari grup Samson yang diwawancarai

sebuah stasiun televisi. Ia mengatakan, bila seseorang berani

mencintai, ia juga harus berani menerima hal menyakitkan. Saya

setuju. Saya berani mencintai, maka saya harus berani tersakiti saat

menunggu waktu datangnya pasangan saya. Saat saya harus menunggu

waktu yang tepat mengenakan blacktie pada hari istimewa itu dan

mengatakan dengan siap luar dalam, I do.

Itu sama dengan keberanian saya
mengalami menjadi bayi, remaja,

dewasa, kehilangan keperjakaan, dan kemudian tua serta berkerut.

Kalau saya berani dan senang jadi remaja dengan wajah sekencang

kemeja yang baru di-laundry, mengapa saya tidak berani untuk menjadi tua dan
menghilangkan kerut yang berserakan di seputar wajah? Saya mestinya bersyukur
bisa secara lengkap melalui setiap tahap kehidupan manusia
(true, so, so true!)


























10 komentar:

  1. yap memang kolomnya dia emang selalu ditunggu2. utk yg minggu ini yg lebih kena buat gue pas dia bilang, beruntungnya jadi wanita bisa berdandan dan bergaya apapun tanpa musti dipanggil banci. wah betul banget!! bisa pake celana bermuda ditambah ikat pinggang pita yang cantik. bisa pake kaos lebar kedombrongan tp tetep kece dgn kalung warnawarni. sungguh enak jadi cewek...!! jadi pengen belanja *loh kok*

    BalasHapus
  2. cari2 alasan buat belanja yah, Rin :p

    BalasHapus
  3. jadi pengen beli rok..=p

    Ni, mana??? fotonya blum dipasang di header..

    BalasHapus
  4. Blom b'hasil nyoba lagi, Lin. Agak gaptek soalnya, hehehehe.

    BalasHapus
  5. Saya usul, tulisannya dibukukan aja, pasti laris manis.

    BalasHapus
  6. iya gw juga paling suka tulisannya samuel mulia..... entertaining! :D

    BalasHapus
  7. suka jugad an ini kocak dan so true deh.

    BalasHapus