Selasa, 29 Januari 2008

Tentang Mama


Kenapa gue jarang bikin puisi tentang mama? Kenapa ya? Padahal gue sangat bergantung sama mama. Padahal gue sangat takut kehilangan mama.
Ada satu masa di mana gue sering mimpiin mama meninggal. Satu kali pernah gue bangun sambil nangis setelah mimpi kayak gitu. Terus terang gue nggak tahu gimana rasanya hidup kalau mama nggak ada. Gue berharap banget Allah SWT ngasih umur panjang sama mama biar anak-anak gue nanti punya memori tersendiri tentang neneknya. Dulu gue sangat menikmati perhatian dari nenek dan itu berkesan banget sampai sekarang. Cara mama mengasuh kita juga menyenangkan. Nggak pernah nuntut kita jadi ini atau itu. Dia emang bukan ortu yang ekspresif tapi kita bisa ngerasain ketulusan hatinya. Mama nggak pernah punya pikiran buruk tentang anaknya dan terus terang ini yang bikin gue segan berbuat aneh2 dan bikin gue nyeseeeeeellll... kalau sampai harus bohong sama mama.

Mama nggak pernah minta macem-macem sama anaknya. Paling minta gue nggak pulang terlalu malem (hehehehehe), minta beliin roti atau martabak kalau di rumah lagi nggak ada makanan. Dan itu juga yang bakal makan ya anak-anaknya. Itu sebabnya gue nggak tega nolak kalau mama minta beliin sesuatu walau duit udah tiris gajian masih dua minggu lagi. Ngomongnya sih biasa aja tapi nadanya itu lhooo... Kemampuan persuasif mama sangat melegenda di kalangan saudara sepupu. ”Kalau tek Mega yang minta, nggak tega nolaknya.” Semua terasa ringan-ringan aja kalau di dekat mama. Paling senang kalau pas wiken gue bisa tidur siang bareng mama (walau dia tidurnya nggak sepules gue, hehehehe).

Gue suka ngopi juga karena mama. Dia itu suka banget sama aroma kopi. Dia juga yang memperkenalkan gue dengan kopi instan 3 in 1. Dari dulu gue pengen banget ngajak mama nge-mall dan ngopi2 tapi dia selalu punya alasan capek, pegel, nggak enak badan, dll. Sebel juga sih, tapi nyokap gue itu emang nggak betah ninggalin rumah lama-lama.

Terus kenapa dong gue jarang tulis puisi tentang mama? Mungkin karena selama ini gue menyia2kan perhatiannya, kasih sayangnya. Taking it for granted. Karena nggak susah dapetin cintanya mama. Karena cintanya mama udah tersedia dengan melimpahnya 24 jam sehari sepanjang tahun sepanjang hidup. Dan mama gue adalah orang yang simpel dan mudah dimengerti. Mama mungkin terlihat lembek tapi hatinya nggak sesensitif papa. Dia selalu melihat anak2nya secara positif tanpa prasangka. Mama sangat mudah dimengerti. Tak ada teka-teki dalam dirinya. Gue hanya ingin lebih sering meluk dia, cium2 pipinya dengan gemas sambil bilang ”ci mama, ci mama, ci mama”.

Mungkin itu lebih indah dari puisi apa pun yang pernah gue buat...

25/01/08 – dini hari

Minggu, 27 Januari 2008

August Rush

Rating:★★★★
Category:Movies
Genre: Drama
Evan Taylor atau August Rush percaya bahwa kekuatan musik bakal mempertemukan dia dengan orangtua kandungnya. Makanya dia nekat kabur dari panti asuhan ke New York berharap ditemukan oleh mereka. Mungkin karena ortunya, Louis dan Lyla, sama2 pemusik, musikalitas si Evan ini jauh melebihi umurnya. Somehow berkat kejeniusannya itu Evan masuk sekolah musik prestisius, Juilliard. Dia bikin satu komposisi orkestra yang indah, berharap bisa terdengar oleh orangtuanya.

Kalau mau jujur siiihh…ceritanya agak2 sinetron. Agak2 “Serendipity” tapi ini lebih dramatis dan…menghasilkan seorang anak jenius. Keindahan musik, Jonathan Rhys Meyer yang ehem!, akting natural Fredie Highmore dan kesenduan Keri Russell bikin film ini mengalun dengan merdu. Kita pun pulang dengan perasaan senang. Aaahh…

(BTW, ada yang tahu lagu terakhir pas credit title mulai b’gulir? Itu judulnya apa penyanyinya siapa ya?)


"I believe in music the way some people believe in fairy tales. But I hear it came from my mother and father. Once upon a time, they fell in love."

Jumat, 25 Januari 2008

Mirip nggak ya?

Suatu hari lagi nyari2 image di gettyimages.com dengan keyword kids playing. Terus ketemu deh gambar anak kecil yang lucu menggemaskan ini. Mmhh...mirip siapa ya?




Coba bandingkan dengan foto ini.

















Rabu, 23 Januari 2008

Satu


Kalau satu itu menggenapkan*

 

Maukah kamu...

 

                Jadi satu-ku?  Blushy Girl


 

 

23/01/08
*dari bukunya Dee, Filosofi Kopi

Man of the Year

Rating:★★★★
Category:Movies
Genre: Comedy
Man of the Year

Berawal dari usulan iseng seorang penonton, Tom Dobbs, seorang talkshow host, mencalonkan diri jadi presiden Amerika Serikat. Tadinya dia nggak ambil pusing sama usulan itu namun ternyata di internet banyak sekali orang yang mau mendukung si Tom kalau dia mencalonkan diri. Majunya Tom sebagai kandidat independen benar-benar menyuarakan apa yang dirasakan rakyat Amerika. Muak sama janji2 politik dan segala basa basinya.
Dalam acara debat calon presiden, Tom mencela kandidat lain yang katanya mendukung penggunaan bahan bakar hidrogen padahal dia didukung sama perusahaan minyak. Tom bikin politik jadi mudah dimengerti dan...menghibur.

Tak disangka Tom beneran menang! Jadi Presiden! Eits! Tapi ntar dulu...Tom bisa menang gara-gara ada kesalahan pada sistem komputer baru dari perusahaan Delacroy. Seorang pegawai Delacroy, Eleanor Green, udah tahu ada yang salah sama sistem voting yang baru ini sebelum hari pemilihan. Dia kirim memo sama sang CEO tapi nggak digubris. Ngotot pengen ngasih tahu pubik soal salah sistem itu, Eleanor dipecat dari Delacroy. Merasa dia harus tetap bilang sama orang lain, Eleanor pun langsung menemui Tom dan bilang terus terang kalau dia bukan presiden terpilih.

Man of the Year benar-benar ngejual akting kerennya Robin Williams. Ceplas ceplos seenak udelnya. Walau ada Christopher Walken yang berperan jadi manajernya Tom, Robin Williams tetap yang paling bersinar di film ini. Selain itu ada cameo Tina Fey dan Amy Poehler dari Weekend Update, Saturday Night Live. Asyik deh pas segmen ini. Komedian dalam satu scene, tek tokannya okeh.



“The president wants to pass an amendment banning same-sex marriage. Anybody who's been married knows it's always the same sex!”



Senin, 14 Januari 2008

Hairspray

Rating:★★★★
Category:Movies
Genre: Comedy
Singkat aja, film musikal ini...GEMESIN! Rambut-rambut besar yang lucu kayak croissant. John Travolta yang bertransformasi jadi ibu-ibu chubby dan montok. Niki Blonsky si pemeran Tracy Turnblad yang dengan bodinya padat berisi lincah nge-dance. Zac Effron si brondong dari High School Musical yang emang jagonya tebar pesona. Oh iya, jangan lupa James Marsden yang tampil ”norak tapi asik” sebagai host acara The Corny Collins Show. Lupain deh Cyclops di X-Men.

Ceritanya di kota Baltimore tahun 1962, ada acara nyanyi-dansa yang digilai anak-anak muda, The Corny Collins Show. Suatu hari mereka buka audisi buat yang mau jadi penari tetap di acara itu. Secara penggemar berat, Tracy tentu nggak ketinggalan ikut daftar. Penampilannya yang “beda” awalnya ditolak sama produser acara ini (tante Michelle Peiffer pas banget bawain karakter ini), tapi gayanya yang asik justru menarik perhatian Corny Collins. Tracy pun akhirnya diterima. Bergabungnya Tracy ini bikin perubahan yang saat itu dianggap radikal,
yaitu gabungnya para penari kulit hitam & kulit putih. Akibatnya banyak yang protes dan Tracy sempat dikejar-kejar polisi. Karena ini film musikal, masalah serius pun bisa ditampilin dengan ringan dan berakhir dengan bahagia (ah! Andai hidup segampang itu yee).

Ringan bagai hairspray, sangat stand out seperti rambut sasakan ibu2 penjabat. Nonton deh! Bikin mood jadi lebih cerah lah.


"People who are different! They’re time is coming!"